Cerita #1
(Di kantor imigrasi, sedang mengambil paspor yang baru jadi)
Bapak Penjaga (BP), Saya (S)
BP : “Nomor 209!”
S : (menghampiri meja pengambilan) “Saya, Pak.”
BP : “Nomor antrian sama bukti pembuatan paspornya, Mas.”
S : (memberikan nomor antrian dan bukti pembuatan paspor) “Ini, Pak”
BP : (mengecek nomor antiran dan bukti) “Sebentar…”
BP : (mengambil paspor dan melihat halaman pertama) “Loh, di sini kok mukanya jelek?” (sambil menekankan jempol pada foto saya di paspor)
S : “Lah, emang aslinya enggak pak?”
BP : “Iya sih.”
S : “HAHAHA” (nangis dalam hati)
…
Cerita #2
(Di baltos, abis beli bantal dan sarungnya, lalu mau beli sajadah karena cuman satu yang ada di kosan, dan pengen dicuci)
Ibu Penjual (IP), Saya (S)
IP : “Ini sarung bantal sama bantalnya jadi 150.”
S : “Siap, Bu.” (ngeliat sajadah, triggered) “Kalo sajadahnya berapaan, Bu?”
IP : (heran sebentar) “Kamu muslim?”
S : “Iya, Bu, kenapa emang?” (heran juga)
IP : “Oh. Kirain, dari mukanya kayaknya ga pernah shalat.”
S : “HAHAHAHA” (terjemahan = “KAMPRET”)
…
Salam.
What is wrong with my face?